Saturday, May 14, 2011

Beef and More Beef

Actually I made these two dishes around a week ago. Both are made in the same day, with half kilogram of beef I bought from a local market.






Mung Bean Dessert w/ Coconut Sauce



I wasn't in mood to study pediatrics this weekend so I decided to make something warm, sweet, and easy. The green bean is sweet with a slight of gingery trace and the coconut milk is a bit savory. Now this snack will be my companion as I open my book! :)

I always like mung bean (or so-they-called here: green bean). Usually I like to keep it handy by boiling them (for 1 hour or so) , add some sugar, and that's it. It is perfect to be enjoyed while it is warm, or after you keep it chilled in the fridge. Today I tried to make a different style of it. I soak the bean for half day (morning to afternoon) while I was revising some pediatrics material. Then on the afternoon I boil it for about 1 hour with some gingers (you can use fresh ones, I use two packs of instant ginger drink this time), and add 1 pandan leaf. Once you see that the beans become twice its actual size and it begins to soften, you can lower down the fire or just lift the pan. add some sugar, stir it up, and leave them to make the coconut sauce.

For the coconut sauce, use coconut milk (I use an instant one) and simmer for about 2 minutes. Mix with some corn flour. Add pandan leaf if you want to add its fragrance to the sauce. Note that you should mix a spoon of corn flour with a room-temperature water first before you heat it. Less water if you like the sauce thicker. Leave until it boils, add a pinch of salt and a bit of sugar,  stir, and lift. Enjoy the sweet mung bean soup with the savory and thick coconut sauce! Yum.
 
a perfect companion as I open my book! :)

Tuesday, May 10, 2011

Artsy Me

I was re-reading clinical pathology handouts from my 4th semester, and I found these pictures I made during studying and/or being bored at class. Some are pretty fun, some are random, and I even wrote a full lyrics of "I Love the Way You Love Me" by Ronan Keating once I was studying while listening to it.
I guess studying while listening to music would not be an effective learning method for me.













Thursday, May 5, 2011

Veggies and Beef Soup

Ah, surely cooking has always healed my mood. I used to have this kind of vegetable soup back when I was home, so I tried to make it myself today. Usually my mom makes it either with chicken pieces or beef, but since I didn't have any fresh meat I use beef sausage instead.

The ingredients:
1 clove of onion, finely chopped
1 tomato, chopped
2 or 3 carrots, peeled and diced
beef sausages, cut
beef stock
about 2 ounces of beans, cut into 2 cm length
salt, pepper, and nutmeg
a small amount of vegetable oil

How to make:
Stir-fry chopped onion until it caramelized and smells good. Add carrots and beans, add beef sausages about 2 minutes later. Pour in the beef stock and set the medium fire until it boils. Once it boils, set the fire to small, add the tomatoes, and simmer. In about 3 minutes, try the carrot and make sure it is already done, but not too mushy. You decide how soft you want them to be. Add salt, pepper, and a sprinkle of nutmeg. Parsley would be good as the garnish and it smells good too. If you want to add chicken or beef meat to the soup, make sure it is pre-boiled and already chopped so you can add it just when you add the sausages in.

Ready to be served, and enjoy!

Tuesday, May 3, 2011

The Generous Patients

Hari ini hari kedua clerkship di bagian interna dan paru. Hari pertama kemarin hanya dilewati dengan teoritis dan melihat contoh kasus pada pasien nyata, jadi aku sedikit berharap semoga hari ini bisa melakukan pemeriksaan fisik ke pasien, setelah bertahun-tahun hanya belajar ke pasien "bohongan" yaitu kakak kelas atau staff yang berpura-pura jadi pasien. Tentu hasil pemeriksaan yang ditemukan akan beda dengan seandainya yang diperiksa itu pasien sungguhan.

Paginya diawali dengan kuliah singkat tentang anamnesis, lalu kita dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 3 orang, dan diperbolehkan melakukan anamnesa ke beberapa pasien yang ada di ruang interna wanita. Agak kecewa karena dosen pembimbing kami tidak memperbolehkan kita melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien. Alasannya masuk akal sih, pasien sudah terlalu banyak di-"jamah" oleh tenaga medis dan calon tenaga medis yang ada di situ, sebut saja para dm/co-ass, ppds, mahasiswa perawat, perawat, dokter yg bertugas, dsb dsbnya. Terbayang kalau aku yang harus berkali-kali diwawancara tentang penyakitku, ditanya hal-hal yang sama terus, dipegang-pegang dan diliatin padahal sedang mau istirahat dan bosan juga pastinya. Iya juga ya.

Lalu kami ke bangsal interna wanita. Kelompok 1 mendapatkan pasien seorang wanita lanjut usia yang perutnya membesar. Kelompok 2, seorang dengan kaki yang membengkak dan napas pendek-pendek. Kelompok 3, yaitu kelompokku, dengan wanita yang badannya kekuningan, dan kelompok 4 dengan seorang wanita yang (katanya) anemia.

Sebelum memulai anamnesis kelompok, dokter pembombing kami meminta ijin kepada tiap pasien, bahwa kami akan menanya-nanyai mereka, dan apakah mereka keberatan atau tidak. Tiap pasien ternyata setuju dan dengan baik hati mau menjawab pertanyaan kami yang sering kali berbelit-belit, diulang-ulang, bahasanya mbulet, dan mungkin sedikit membingungkan. Yah namanya juga belajar, dan grogi juga sih. Pasien-pasien ini lah yang pasti pahalanya begitu besar kelak, karena kesabaran mereka.

Setelah itu, kami istirahat selama 30 menit lalu lanjut ke bagian paru. Setelah kemarin hanya diceramahi dan kuliah singkat, aku sedikit pesimis dengan materi yang akan aku dapat hari ini. Memang, ruangan tempat kami diberi pengarahan paru itu nyaman sekali, kursinya empuk, adem karena ber-AC pula, tapi dasar namanya rajin (:p) keinginan utk berkeliling dan ke pasien yang beneran masih membara.

Kami akhirnya berlatih pemeriksaan fisik dengan "pasien" seorang karyawan di departemen tersebut yang sudah sedari dulu membantu para clerk di sana -- sejak tahun 1972, katanya. Wow. Bayangkan berapa ratus dokter yang sudah memperoleh ilmu langsung dari sang Bapak, tidak dengan kata-kata saja, tapi dengan tubuhnya sendiri.

Ternyata dokter pembimbing kami harus menghadiri acara lain yang mendadak, jadi kami akan dibimbing oleh seorang dokter pengganti. Dokter pengganti ini sering memberikan pertanyaan, tapi juga tidak bereaksi lebay saat kita menjawab salah, melainkan menjelaskan satu-persatu sampai detail. Dan ternyata kami dibolehkan untuk memeriksa pasien setelah sesi kuis itu! I was so excited!

Kami ke bagian paru, dari pintunya saja sudah tertempel poster tentang keharusan memakai masker bagi yg sakit atau yg akan mengunjungi orang sakit, hand-sanitizer pun lebih mudah dijumpai menempel di tembok-tembok bangsal paru pria ini. Beberapa orang batuk-batuk dengan kerasnya dan banyak yang memakai masker. Pada saat itu di bangsal tersebut ada pasien yang baru saja meninggal dunia. Mungkin karena suasana yang seperti itu, seorang teman kelompokku berkata "rasanya hampir semacam merinding di sini."
Kami dibagi menjadi 2 kelompok, kelompokku akan memeriksa seorang pasien pria yang terlihat kurus dan lemah. Lagi-lagi, aku sangat bersyukur pria ini menyatakan mau diperiksa oleh kami dan berkenan menjawab pertanyaan kami, walaupun itu mungkin tidak nyaman baginya.

Singkat cerita, dari pasien ini aku bisa menemukan sendiri tanda-tanda penyakit yang selama ini cuma bisa kubaca di buku. Fremitus vokal menurun, pengembangan paru tidak simetris, bronchofoni positif, dsbnya.
Tanpa Bapak ini, mungkin semua itu hanya ada di awang-awangku saja sekarang.

Hari ini aku belajar, bahwa bukan dokter dengan jas putih dan tampang pintar yang harus dihormati, melainkan para pasien ini. Mereka yang sering tampil apa adanya, bukan pada saat tercakep/terklimis/tersehat mereka, tapi berkenan memberikan ilmu yang berharga kepada para calon dokter. Ilmu dari mereka lah yang akan membantu para calon tenaga kesehatan untuk mengobati orang-orang sakit berikutnya. Jadi kesembuhan pasien di masa depan bergantung dari kedermawanan para pasien di masa-masa sebelumnya.

By now, I'll proudly say that these patients are my greatest teacher. There will be no greatest way to show my gratitude except by always giving my best to be a good doctor.

Ih, amit-amit deh kalau ntar jadi dokter yang money-oriented. Bisa malu para guruku ini natinya.
BlogBooster-The most productive way for mobile blogging. BlogBooster is a multi-service blog editor for iPhone, Android, WebOs and your desktop